****
Setelah sang istri menuju dapur, sang suami pun masih larut dalam kesedihannya karena burung miliknya tidak juga menunjukkan tanda – tanda akan bangun. Dia tetap mengelus lembut burung miliknya tersebut berharap burung itu akan bangun, tetapi tidak berhasil sama sekali. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk membawa burungnya ke kliniknya Pak Mantri yang ada di ujung desa. Setelah memakai pakaian rapi dan menutup burungnya dengan sarung dia pun menuju dapur untuk berpamitan pada sang istri. Sampai – sampai istrinya terheran – heran melihat suaminya yang sudah rapi, meskipun ia tahu bahwa suaminya itu belum mandi.
“Mau pergi kemana toh pak, pagi – pagi gini kok sudah rapi. Tapi kok yo belum mandi.”
“Eh anu buk, bapak mau ke klinik pak mantri, mau bawa burung bapak berobat, takut kenapa – kenapa sama burungnya.” sang suami
“Oalah…belum selesai juga toh pak, masalah burung tadi. Yo wes sini, biar ibuk potong aja sini biar aman.” Ucap sang Istri sambil membawa pisau yang terlihat sangat tajam.
“Weleh yo jangan toh buk e, kok malah mau dipotong piye toh. Yo wes bapak tak gerak dulu nanti keburu panas, tambah kasian sama burungku.” Suami cepat – cepat berlalu sambil bergidik ngeri melihat pisau yang ada dalam genggaman sang istri.
Sang istri hanya bisa menggeleng gelengkan kepala melihat tingkah aneh san suami. Untung saying, gumam sang istri dalam hati.
Sang suami pun bergegas mengayuh sepeda ontel menuju klinik yang hendak dituju. Sesampainya di klinik dilihatnya kondisi klinik masih sepi. Dia sangat bersyukur jadi tidak perlu malu – malu membawa burungnya yang ia tutupi dengan sarung. Setelah dia menemui mbak – mbak yang bertugas mencatat pasien yang akan berobat, dia langsung menuju ruangan Pak Mantri. Dia disambut dengan senyum ramah Pak Mantri.
“Oh…Pak Mardi, ada yang bisa saya bantu pak?” Tanya Pak Mantri ramah.
“Eh ini anu Pak Man, saya mau bawa brung saya berobat. Entah kenapa dari tadi pagi dia kok ndak mau bangun pak, biasanya setiap pagi dia selalu semangat bangun loh Pak Man”.
“Kelelahan barangkali Pak mardi, uda menag berapa ronde burungnya?” Tanya Pak mantra sembali mengulum senyum.
“Wah kalo berlaga dia selalu menang Pak Man, bisa tahan beronde ronde.” Ucap Pak Mardi penuh semangat.
“Kalo begitu mari pak biar saya periksa burungnya.”
“O sebentar ya Pak Man.”
Pak Mardi ngeloyor keluar meninggalkan Pak Mantri yang terbengong kebingungan. Kok Pak Mardi malah keluar mungkin itu yang dipikirkannya.
Dengan semangat Pak Mardi masuk dan membuka sarung penutup burungnya, lalu dia pun mengeluarkan burung tersebut dari sangkarnya. Dengan tersenyum dia menunjukkan burungnya kepada Pak Mantri.
“Ini burung saya pak Mantri, cantik kan? Tapi sayang ga mau bangun dari tadi pagi.” Ucapnya sembari mengangkat burungnya ke hadapan Pak Mantri.
“Oalah….Pak Mardi, astaga ternyata burung beneran toh….!” Ucap Pak Mantri sedikit Shock melihat kelakuan Pak Mardi.
Bunda Bloggers Medan
Memulai belajar menulis dan menebarkaan manfaat.
Kamis, 30 April 2020
Gara_Gara_Mainin_Burung part 2
balada_Ucok_the_series part 2
Masih ingatnya Kelen sama cerita #Balada_Ucok_dan_Uang_Gopeknya
Ha...iya dialah si Ucok anak kesayangan mamaknya. Sekarang ku kenalkan sama Kelen dulu mamak si Ucok ini ya.
Mamak Ucok ini cantik orangnya, kalok tau Kelen Nia Ramadhani yang ga bisa ngupas salak itu, ha... Mamak si Ucok ini 11 12 lah cantiknya kayak gitu. Cuman beda bentuk body aja, kalok Nia Ramadhani body nya kayak gitar Spanyol, nah...kalo body mamak si Ucok ini kayak gitar yang jatuh dari lantai 10.
Mamak si Ucok ini termasuk emak-emak sosialita jugak loh namanya juga keluarga Ucok horang kaya jadi banyaklah duit yang bisa di hambur-hamburkan. Tapi mamak Ucok tak palah dia dilarang sama suaminya untuk masak karena takut kecipratan minyak.
****
Siang itu mamak si Ucok lagi asyik baca-baca cerita "Hamil Gara-Gara Berenang" yang lagi viral d KBM pulanglah Ucok dari sekolah, dengan mata yang udah bengkak karena abis nangis. Udah kayak di gigit tawon mata si Ucok. Sambil mengelap ingus pake baju sekolahnya, didatanginya lah mamaknya. Belum sempat si Ucok cerita udah pun merepet duluan mamaknya.
"Kenapa nya kau Ucok,pulang sekolah bukannya ngucap salam malah nanges pulak kau"
Mendengar suara mamaknya, makin bertambah banyak pulak lah air mata si Ucok. Makin kencang pulak lah dia nangisnya. Makin tambah merepet pulaklah mamak saya Ucok.
"Aih...makin kencang pulak kau nangis, cak diam kau dulu , cerita dulu kau sama mamak. Kenapa pulak anak ganteng mamak ini pulang sekolah kok nanges" bujuk mamak nya tetap diiringi repetan
Si Ucok pun akhirnya diam, setelah puas mengelap ingusnya ke baju yang dipake mamaknya.
"Bah...apanya kau Cok, kok kau lap kan pulak ingusmu itu ke baju mamak yang harganya 10 juta ini, ah kau pun Cok ilang lah cantik baju mamak ini. Terpaksalah mamak minta baju baru lagi ini sama bapak mu." Makin panjang repetan mamak si Ucok.
"Ish...mamak ini pun merepet aja, ga capek mulut mamak merepet aja dari tadi".
"Kau pulak, ntah apa-apa , pulang sekolah nanges. Orang pulang sekolah itu salam mamaknya, makan terus tidur siang. Lah kau malah nanges-nanges, pake ngelap ingus pakek baju mamak pulak. Hah....jadi kenapa pulak kau nanges? Uda bisanya kau cerita sama mamak?" Cecar mamaknya.
"Itu Mak, tadi aku di sekolah diketawain kawan-kawan ku Mak...."
"Kenapa pulak kau diketawain kawan-kawanmu? Berak celana lagi kau rupanya? Atap pipis kau lagi di celana, iya?" Uda kayak wartawan mamak Ucok nanyai si Ucok.
"Ish...mamak ini, orang belum siap pun aku cerita uda Nyamber aja pun mamak kayak api disiram bensin."
"Kau pulak mau cerita aja pun kayak mau berak, lama kali."
"Itu Mak... gara-gara uang gopek semalam Mak. Betul rupanya yang mamak bilang bilang itu. Uang gopek itu betul sama dengan uang Lima ratus." Ucok mulai bercerita. Belum sempat dia melanjutkan ceritanya, mamaknya udah duluan melanjutkan repetannya.
"Hah...itu kan apa mamak bilang semalam, tak percaya kau kan sama mamak, Bandal kali kau, jogal pulak. Rasakan...malu sendiri kau kan, coba kau dengar omongan mamak semalam pasti ga malu kau sekarang?"
Tak mau berlama-lama Ucok mendengar kan repetan mamaknya, akhirnya Ucok pun memutuskan untuk kabur. Tak didengar nya lagi teriakan mamaknya.
"Ucok...balik kau sini, mau kemana kau. Ganti dulu bajumu itu Cok! Kutokok nanti kepalamu ya. Awas kau ya Ucok!"
Ucok pun menghilang tak nampak lagi batang giginya.
Gara Gara Mainin Burung
Menjadi Gurunya Manusia
Bagaimana cara kita agar bisa menjadi guru yang bisa mengajar anak-anak muridnya dengan hati?
Setelah membaca buku "Gurunya Manusia," saya mulai belajar sedikit demi sedikit. Belajar tentang cara menjadi guru yang baik, menjadi guru yang menyenangkan, menjadi guru yang selalu dirindukan anak muridnya, guru yang selalu menganggap bahwa tiap anak adalah juara, guru yang bisa mengajar dengan hati yang penuh keikhlasan.
Gurunya manusia yang ditawarkan dalam buku "Gurunya Manusia" bukanlah seperti guru robot ataupun guru materialistis. Gurunya manusia yang dikonsepkan adalah guru yang ikhlas, mau belajar, dan tegar serta sabar dalam mengajar para muridnya. Gurunya manusia juga memiliki makan bahwa guru itu mau mengajar dan menerima murid dengan berbagai karakter.
Gurunya manusia memiliki karakter yang mulia, budi pekerti, moral, dan etika yang luhur, serta memiliki kompetensi yang berkualitas. Dengan demikian, gurunya manusia bukanlah guru robot yang kinerjanya mirip seperti robot. Guru robot hanya peduli pada beban materi yang harus disampaikan kepada para murid di waktu kegiatan belajar-mengajar dilaksanakan.
Gurunya manusia juga tidak berkarakter materialis. Guru materialistis hanya mementingkan materi dan finansial belaka. Guru materialistis adalah guru yang selalu melakukan perhitungan, hal ini seperti yang dilakukan oleh para pelaku bisnis. Guru seperti itu hanya mengincar dan menghitung berapa besar gaji yang diberikan sehingga terkadang menimbulkan ketidak ikhlasan dalam mendidik para murid.
Seorang guru manusia adalah guru yang selalu menganggap bahwa setiap anak adalah cerdas dan setiap anak adalah juara. Tinggal bagaimana cara kita sebagai seorang guru yang menemukan dan mengasah kecerdasan tersebut.
Wahai, para guru kita pasti mampu melakukan itu, melakukan perbaikan diri demi anak didik kita yang merupakan bagian dari calon-calon pemimpin besar. Mari kita sama-sama mendidik generasi yang merupakan agent of change yang perlu diasah kecerdasan IQ, EQ dan SQ, sehingga nantinya mereka bisa menjadi pemimpin yang cerdas lahir batin.
Horor Tengah Malam
"Ngenes banget nasibmu mblo....". Kia menggerutu dalam hati. Bagaimana tidak, saat orang lagi malam Mingguan dia malah sibuk berkutat dengan aneka barang yang ada di minimarket berlogo merah, karena malam ini dia harus bertukar shift dengan Asep teman nya. Dia masuk sore hingga malam. Kebetulan minimarket tempat dia bekerja buka selama 24 jam.
Kia memang seorang jomblowati sejati, eits.... Tapi bukan Jones ya, melainkan JOSH " Jomblo Sampai Halal ".
Malam semakin larut, jam dinding sudah menunjukkan pukul 11.00. Dengan senang hati Kia segera bersiap siap pulang . "Go home....!" Serunya riang sambil jingkrak - jingkrak
Teman teman satu profesi nya geleng-geleng melihat tingkah konyol temannya yang satu itu.
"Pulang juga akhirnya ya mblo?, Girang bener". Ledek Asep yang barusan saja datang untuk bertukar shift dengan Kia.
"Mbla...mblo...mbla....mblo, JOSH ini tau?, Iya gara gara lih nih jadi pulang malam deh gue". Jawab Kia sambil mengerucutkan bibirnya.
"Iya...iya...JOSH, ehehehe maaf ya dan makasih banyak ya Uda mau tukeran shift". Jawab Asep sambil mengacak _ acak pelan jilbab Kia.
"Iya sama sama dan perlu pake minta maaf segala, asal ntar gajian gue ditraktirin, hihihi". Ucap Kiba sambil ngedip ngedipin mata.
" Huh ... Dasar anak kost suka banget Ama yang gratis gratis, oke deh aman".
"Hehehe, iya donk. Kalo gitu gue duluan ya. Daaaah .. teman teman selamat begadang...." Cicit Kia sambil berlaku keluar menuju depan minimarket tempat motor nya diparkir.
Saat mengambil motor dia melihat jalanan sudah mulai lengang, angin juga berhembus lumayan kencang, langit terlihat gelap bergumul dengan mendung pekat. Menjadikan malam itu terasa horor, padahal malam Minggu tapi berasa malam Jumat Kliwon. Mana jam udah mau menuju tengah malam, cukup membuat bulu kuduk Kia meremang. Tapi Kia tetap menguatkan hatinya untuk segera melajukan motornya menuju rumah. Rumah berjarak sekitar 30 menit jika ditempuh menggunakan motor.
Kia mulai melajukan sepeda motor, membelah jalanan yang benar benar sudah mulai lengang. Mulutnya komat Kamit tak henti henti nya merapalkan dzikir dan ayat kursi berharap tidak terjadi sesuatu diperjalanan nya.
Tapi tiba-tiba ditengah jalan netranya menangkap bayang bayang putih melambai-lambai ditengah jalan, semakin dekat semakin jelas terlihat. Kia semakin kuat merapalkan dzikir dan ayat kursi tapi bayangan itu malah semakin jelas terlihat tersorot lampu motornya. Kia menguatkan diri melawan rasa takutnya dia terus melajukan motornya yang berati jarak dia dengan bayangan putih itu semakin jelas. Semakin dekat semakin terlihat.
Dan......... Ternyata hanya baju kaos berwarna putih yang diberi kayu. Sengaja dipasang ditengah jalan sebagai penanda ada lobang yang menganga ditengah jalan.
"Uasssssem, Uda parno sendiri gue. Perasaan tadi siang kagak ada nih lobang, iseng banget yang narok nih baju putih, untung ga sampek pipis celana gue". Kia ngedumel sendirian diatas motor.
****
"Alhamdulillah, sampai juga dirumah". Ucap Kia penuh syukur.
Akhirnya Kia sampai juga di rumah dengan selamat tanpa kurang satu apapun. Kia segera memasukkan motornya kedalam rumah. Rumah tampak sepi dan gelap karena ini sedang musim liburan jadi teman teman Kia yang kesemuanya adalah mahasiswa sedang pulang kampung menikmati liburan mereka. Tinggallah Kia seorang diri di rumah kost. Kia menutup pintu gerbang dan dilihatnya langit semakin pekat, angin juga semakin kencang hembusannya melambai lambaikan dedaunan dan dan jemuran anak kost sebelah rumah menambah kesan horor tengah malam itu. Kia segera masuk kedalam rumah, tak lama setelah
Balada Ucok dan Uang Gopeknya
Suatu siang yang cerah....
"Anak - anak untuk pelajaran matematika besok kita akan belajar tentang mata uang yang berlaku di Indonesia ya, jadi anak anak besok bawa uang logam seratusan, dua ratusan, lima ratusan dan seribuan" sang guru menyampaikan pemberitahuan.
"Asyiiiik, bawa uang bisa pake buat jajan pulang sekolah". Seru beberapa orang murid.
Tetiba ada satu murid yang menyela.
"Buk guru WA kan lah ke grup mamak kami buk, nanti lupa pulak aku bilang ke mamakku" ucap si Ucok
"Ucok..., Sekarang kan sudah besar, sudah kelas 2 jadi pasti sudah pande bilang ke mamaknya" jawab si guru.
"Tapi buk, kalo uda sampek rumah aku seringan lupa daripada ingatnya buk, apalagi kalo Uda liat mukak mamak ku buk, udah lupa lah itu semuanya". Jawab si Ucok lagi ngeyel sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Halah... Cok Cok masak gitu aja mesti di-sms kan ke mamak mu, kau catat ajalah kalo takut lupa". Cicit salah satu temannya Ucok.
"Bah... percuma lah zaman udah maju masak aku harus nulis nulis lagi,capeklah... tinggal kirim ke WA kan gampang, lagian mamakku lebih sukaknya dia baca WA daripada baca tulisanku yang kayak cakar ayam kata nya".
****
Setibanya Ucok di rumah dilihatnya mamaknya lagi nonton sinetron di stasiun tv berlabel ikan terbang. Terlihat mamaknya sedang menangis sambil sesekali mengeluarkan ingusnya dengan tissue, sangkingkan menghayati tuh filem sampek sampek mamak nya gak sadar kalo Ucok udah pulang.
"Assalamualaikum... Mak" Ucap Ucok tapi tetap mamaknya ga menyahut. Hingga akhirnya di datangi nya dan digoncang - goncangkannya bahu mamaknya barulah mamaknya menoleh terkejut kearahnya.
"Eh... Udah pulang kau Cok..., Anak mamak yang paling ganteng sejagad raya ngalahin gantengnya Salman Khan" cicit mamaknya sambil menciumi si Ucok.
"Ish...mamak inilah , janganlah diciumi aku Mak, Uda besar aku, malu lah".
"Alah....besar apanya, pipispun masih di celana nya kau!"
"Ish...mamak inilah kek gitu pulak cakap nya"
Tiba tiba si Ucok teringat sesuatu.
"Oia Mak...baru ingat aku, tadi buk guru nyuruh bawak uang logam Mak"
"Haha iya...uang logam berapa aja sayang yang harus dibawak? Biar mamak ambilkan di gudang, banyak itu bersebaran didalam gudang belakang". Jawab mamak Ucok dengan serius.
"Di gudang? Bersebaran? Itu uang apa kertas mainan mak?". Jawab Ucok sambil menepuk jidatnya.
"Tenang aja kau... Kalo uang dirumah kita ini banyak berserak serak, horang kaya". Seru sang mamak sambil berlalu menuju gudang untuk mengambil uang yang diminta sang anak. Tak lama sang mamak pun muncul sambil membawa bermacam-macam uang logam. "Nah...tinggal kau pilih mau yang mana yang mau kau bawak kesekolah". Mamaknya menyerahkan uang logam seribu, lima ratus, dua ratus dan seratusan.
"Yang seribuan, lima ratus, dua ratusan dan uang seratus". Jawab Ucok.
Mamak Ucok pun menyerahkan uang yang diminta si anak. Tapi tiba tiba si Ucok protes sembari merengut mukaknya.
"Mak... Uang 500 nya mana kok ga ada?". Cicit nya sambil menggerutu.
"Loh... Ini kan uang Lima ratusan Ucok sayang, cemmana nya kau nengok. Masak tak nampak matamu segini besarnya uang logam" jawab mamaknya sambil menyodorkan uang logam lima ratusan ke arah mukaknya si Ucok.
"Mak... Mak... Ini kan uang gopek, bukan lima ratus Mak, buk guru nyuruh Bawak uang Lima ratus buakn uang gopek". Kekeh Ucok tak mau kalah.
" Bah... cemmana nya kau Cok gopek itu ya samalah dengan uang lima ratus". Mamak Ucok sudah mulai gemas dengan tingkah anak nya.
"Bukan loh Mak... ini uang gopek bukan uang lima ratus". Ucok masih ngeyel dengan pendapatnya.
"Ah..sukak atimu lah Ucok, capek pulak mamak nengok kau, jadi naik Sasak mamak gara gara kau. Kau bawa ajalah uang uang itu semuanya, kau tunjukkan sama gurumu besok". Keluar juga repetan mamak si Ucok.
Dengan terpaksa dan wajah merengut Ucok pun memasukkan uang uang logam yang diberikan mamaknya tadi.
****
"Anak anak sudah bawa semua uang logam yang ibuk suruh semalam dibawa?".
"Sudah buk".
"Baiklah kalo gitu letak semua diatas meja kalian biar ibuk cek satu persatu".
Sang guru pun muali berjalan mengelilingi kelas. Tiba tiba ada seorang murid berteriak.
" Buk..., Si Ucok nangis buk.
"Loh... Ucok kenapa kamu nangis?".
"Mungkin dia berak celana lagi buk kayak waktu itu".
"Grrrrrrrrrrr" semua murid tertawa mendengar jawaban teman mereka.
Sang guru hanya bisa geleng-geleng kepala sambil menertibkan suara murid muridnya dan menenangkan Ucok.
"Kamu kenapa Ucok, beneran kamu BAB di celana, seperti yang dibilang teman kamu?".
"Hiks...hiks...ma ma na ada buk a aku be berak celana hiks..." Jawab Ucok terbata bata sambil menangis.
"Jadi, kamu kenapa menangis Ucok, coba bilang ke ibuk". Bujuk sang guru sambil mengelus bahu Ucok.
" Aku...ga bawa uang logam lima ratusan buk, Uda kucarik carik dirumah tapi ga jumpa buk". Jawab Ucok dengan wajah sedih sembari menunjukan uang logam yang dibawaknya tadi pagi.
"Loh...ini kan ada uang Lima ratusan nya Ucok". Sang guru mengambil uang yang dimaksud kan.
"Itu...itu...kan uang gopek buk, bukan uang lima ratus".
Gubrakkkkkkkkk.........
"Huwahahahaha" temannya serentak tertawa.
Si guru pun hanya bisa geleng-geleng kepala sambil menahan tawa melihat tingkah si Ucok muridnya yang unik.
Jumat, 17 April 2020
Aneka Resep Olahan Telur, Menu Hemat Nikmat Saat Lockdown
Gara_Gara_Mainin_Burung part 2
**** Setelah sang istri menuju dapur, sang suami pun masih larut dalam kesedihannya karena burung miliknya tidak juga menunjukkan tanda –...
-
Tempe merupakan salah satu makanan favorit bagi masyarakat Indonesia. Makanan satu ini sangat mudah di temui di mana saja. Se...
-
Hai.... Mom's, tahu menu cemilan yang satu ini kan? Cireng. Cireng "Aci digoreng", adalah Makanan yang sedang ...
-
Suatu siang yang cerah.... "Anak - anak untuk pelajaran matematika besok kita akan belajar tentang mata uang yang berlaku di Indonesi...